Minggu, 27 Januari 2013

Saat Teduh

[Semua karena Allah] (Mazmur 90:1-17*)

Setiap orang takjub bila mendengarkan pengalaman Musa membawa keluar bangsa Israel di bawah pimpinan Allah. Pada akhirnya semua akan berkesimpulan sama: kalau bukan karena kemahakuasaan Allah, perbudakan takkan pernah lepas dari hidup bangsa Israel generasi ke generasi; kalau bukan karena Allah, bangsa Israel akan dihancurmusnahkan tentara Firaun yang kejam, terlatih dan tangkas; kalau bukan karena pemeliharaan Allah, bangsa Israel takkan lepas dari bahaya kelaparan dan kehausan; kalau bukan karena kedaulatan Allah, takkan mampu Musa menyanyikan pengalamannya yang maha besar itu.

Allah tempat perlindungan. Musa menyanyikan kuasa Allah yang maha besar yang dapat mengalahkan segala bentuk ancaman. Pengalaman perjalanan hidupnya telah memperlihatkan dan mengajarkan bahwa sekalipun kasih dan kedaulatan Allah itu dahsyat dan menggelegar, namun Ia berkenan menjadi tempat berlindung.

Mengaku kelemahan diri. Nyanyian yang dimulai dengan pujian dan pernyataan kasih Allah, diikuti ungkapan kesadaran Musa akan lemah dan piciknya pikiran manusia. Mazmur ini mengingatkan bahwa Tuhan Yesus Kristus menghampiri dan membebaskan kita dari kehinaan dan perbudakan dosa.

Sabtu, 26 Januari 2013

Saat teduh


Menghitung hari (Mazmur 90*) Renungan_3

Arswendo Atmowiloto, yang pernah diinapkan di LP Cipinang, menulis sebuah buku berjudul Menghitung Hari.

Buku yang amat bagus ini merupakan cermin harapan hati, agar hari-hari cepat berlalu menyongsong waktu pembebasan.

Mazmur hari ini juga berbicara tentang menghitung hari. Bukan agar hari-hari segera lewat, tetapi supaya seseorang memiliki hati yang bijaksana (Mazm 90:12*). Mengapa pemazmur meminta agar Allah mengajar dia untuk menghitung hari? Alasannya ada di dalam bagian pertama dan kedua mazmur ini (Mazm 90:1-2,3-12*). Dalam bagian pertama, pemazmur mengakui bahwa Allah sendiri, sebagai pribadi, menjadi "rumah"-nya (Mazm 90:1-2*). Ia melihat keamanan dirinya bukan karena memiliki suatu tempat, tetapi karena memiliki hubungan dengan Allah. Namun demikian, di dalam bagian kedua, pemazmur merenungkan mengenai kesementaraan hidup manusia. Ia memakai ungkapan "debu" dan "rumput" untuk menggambarkan hubungan yang sebenarnya, antara Sang Pencipta yang begitu perkasa dan dirinya yang begitu lemah (Mazm 90:3-6*). Perenungannya ini juga berbicara mengenai kesalahan yang dilakukan oleh manusia di hadapan Allah (Mazm 90:7-11*).

Itulah sebabnya pemazmur meminta pada Allah agar dia diberikan kesadaran akan kesementaraannya, sehingga ia selalu ingin memiliki hati yang berhikmat dan hidup yang bermakna. "Hikmat" tidak berarti sekadar kecerdasan di dalam menjalani kehidupan, tetapi lebih mengacu pada takut akan Allah dan pengakuan atas kendali-Nya di dalam kehidupan. Dengan mengakui dan mengenal kehendak Allah dalam kehidupan, barulah hidup yang sulit dan singkat itu berarti.

Bagian terakhir mazmur ini (Mazm 90:13-17*) merupakan ungkapan harapan dari pemazmur agar Allah berbalik padanya dan membuat hidupnya bersukacita. Di dalam hidupnya yang begitu terbatas dan penuh dosa, ia hanya dapat berharap pada Allah, Tempat Perteduhan yang kekal.

Renungkan: Mazmur ini seringkali dibaca ketika upacara penguburan dilakukan. Apakah yang Anda pikirkan ketika muncul kesadaran bahwa suatu saat Anda pun akan kembali menjadi debu? Mintalah hikmat dari Allah agar hidup Anda bermakna dan berwarna!


Jumat, 25 Januari 2013

Saat Teduh _ 26 Januari 2013

Mawas diri (Mazmur 90*) renungan2

Mazmur-mazmur dalam jilid III (ps. 73-89) hampir sepenuhnya didominasi oleh pergumulan umat pascapembuangan. Jilid IV yang diawali oleh mazmur ps. 90 ini berjudul "Doa Musa." Sesudah ps. 89 mengungkapkan Allah telah menolak perjanjian Daud maka peralihan ke Musa menegaskan suatu makna teologis yang penting. Mazmur ini menyadari bahwa hanya Allah Raja sejati, dan penghayatan sebagai umat perjanjian Allah harus diisi oleh komitmen penuh kepada hukum-hukum perjanjian-Nya yang telah Ia berikan melalui Musa. Mazmur ini juga mengajak kita merenungkan problem dalam hidup Musa. Musa yang menjadi tokoh pembebas Israel tidak mendapat kesempatan masuk Tanah Perjanjian. Kelemahan dan dosa Musa membuat ia kurang layak dan akibatnya ia tidak mendapat kesempatan untuk mengalami penggenapan janji Allah.

Dalam masa sesudah pembuangan, pengalaman Musa ini menjadi kerangka supaya umat mawas diri dan merenungkan hal-hal prinsip yang harus mereka hayati ulang. Prinsip terpenting adalah menempatkan Allah sebagai tempat perlindungan umat untuk selama-lamanya (Mazm 90:1-2*). Kekekalan Allah akan membangkitkan kesadaran tentang kefanaan dan keterbatasan umat, sebaliknya kefanaan dan keterbatasan umat akan membangkitkan kesadaran bahwa umat mutlak memerlukan Allah (TB Mazm 90:3-6*). Hidup yang singkat ini menuju pada satu tujuan entah hidup bermakna kekal ataupun sia-sia menuju kebinasaan. Untuk itu, umat perlu hikmat agar tahu bagaimana mengisi hidup ini dengan hal-hal yang bermakna kekal (Mazm 90:12*), dan topangan kasih setia Allah terus-menerus sepanjang kehidupan (Mazm 90:13-17*).

Renungkan: Hari-hari kehidupan kita bukan sekadar kegiatan bangun tidur, makan, kerja, belajar, istirahat, hiburan, olahraga, dst. Setiap saat dalam kehidupan kita adalah kesempatan untuk akrab dengan Tuhan, untuk mensyukuri kebaikan-Nya, dan untuk mewujudnyatakan kehendak-Nya dalam hidup kita.


Kamis, 24 Januari 2013

Saat Teduh

Maju Dengan Anugerah (Mazmur 90*) versi 1

Apa yang menjadi doa permohonan Musa dalam Mazmur ini? Ia meminta agar Tuhan mengaruniakan kebijaksanaan dalam hidup hingga dapat mengisinya dengan hal-hal yang baik (TB Mazm 90:12*). Musa menuliskan mazmur ini di penghujung hidupnya yang hampir mencapai 120 tahun. Mengapa ia masih berdoa seakan-akan umurnya masih panjang?

Musa menyadari bahwa Tuhan yang memegang kehidupan dan menentukan umur ( Mazm 90:3-6*). Di hadapan Allah manusia fana dan terbatas, tetapi hidup itu sendiri merupakan anugerah yang tidak boleh disia-siakan. Maka waktu yang masih ada tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja, harus dipakai untuk memuliakan Tuhan. Musa sangat menyadari bahwa dalam kefanaannya, betapa sering ia melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan (Mazm 90:7-11*). Manusia berdosa, layak dihukum. Apa dosa Musa yang pantas dihukum Tuhan? Musa menista nama Tuhan dengan sikapnya yang lepas kendali di hadapan umat (Bil 20:12*). Tuhan menghukum Musa dengan tidak memperbolehkan dia masuk ke tanah perjanjian. Suatu penderitaan batin yang besar, seolah ia sama saja dengan umat Israel generasi pertama yang gagal masuk tanah perjanjian tersebut. Namun Musa merespons hukuman Tuhan sebagai anugerah. Walau tidak dapat masuk ke tanah perjanjian, ia masih dipercaya memimpin sampai ke perbatasan. Oleh karena itu Musa bertekad agar sisa hidupnya diisi dengan menyatakan perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan lewat perbuatan-perbuatannya sendiri yang memuliakan Tuhan (Bil 20:16-17*).

Apakah kegagalan masa lalu membebani Anda memasuki tahun 2013, yang sudah hampir 1 bulan ini? Bisa masuk ke tahun 2013 adalah suatu anugerah. Tuhan masih memberikan kesempatan kepada Anda untuk memperbaiki diri dan kembali setia melayani Dia. Oleh sebab itu, jangan cari alasan untuk bersikap pesimis, pasif, ataupun masa bodoh. Bangunkan tekad Anda dengan doa: Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian hingga kami beroleh hati bijaksana (Bil 20:12). Amin!


Selamat bersaat teduh, Tuhan memberkati.
Besok akan ada versi 2nya.

"Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan, biarkan Tuhan yang membentuknya menjadi garam dan terang dunia."